SUARA CIREBON – Pemilihan Presiden atau Pilpres Amerika Serikat, calon Presiden Kamala Harris ungguli Donald Trump di jajak pendapat.
Meski saat menjadi Wakil Presiden mendampingi Preside Joe Biden, peran Kamala Harris tidak terlalu menonjol, namun pemilih Amerika lebih menjagokan Wanita berdarah campuran Afrika dan India tersebut.
Jika keunggulan Kamala Harris konsisten sampai mendekati pemungutan suara pada tanggal 5 November 2024 mendatang, Amerika bisa menciptakan sejarah baru dalam kepemimpin negara Super Power tersebut.
Kamala Harris, sangat dimungkinkan akan mencatat ejarah sebagai Presiden Amerika pertama Wanita, dan yang mengalir darah campuran India serta Afrika.
Kamala Harris didukung oleh Partai Demokrat setelah Joe Biden menyatakan mundur dari pencalonan sebagai Capres Amerika pada Pilpres 2024 tahun ini.
Setelah Joe Biden yang usianya terlalu tua dan mengalami kendala secara fisik serta ingatan, kemudian menyatakan mendukung Kamala Harris yang merupakan Wapresnya sejak tahun 2019.
Konvensi Nasional Demokrat, lantas mendukung Kamala Harris sebagai Capres pengganti Joe Biden untuk menghadapi penantangnya Donald Trump dari Partai Republik.
Berbagai jajak pendapat, hingga pekan terakhir Agustus 2024, menempatkan Kamala Harris mengungguli Donald Trump.
Guru Besar Ilmu Politik di Universitas Kentucky, Wilfred Reilly mengungkapkan, sosok Kamala Harris pandai memikat terutama pemilih independent dn non ideologis di Amerika.
Pola kampanye kreatif Demokrat yang memanfaatkan momen sepakbola dan berbagai pertunjukan musik serta hiburan popular rakyat Amerika, menggiring pemilih independent ke Kamala Harris.
“Kampanye kreatif Demokrat lebih memikat pemilih independen dan kalangan muda. Jika ii konsisten sampai mendekati November, Kamala Harris tak tergoyahkan,” tutur dia.
Di Amerika, pemilih dalam setiap pemilu maupun pilpres, selalu terbelah menjadi tiga bagian. Pertama kelompok liberal, warga keturunan imigran dari berbagai negara yang menjadi basis elektoral Demokrat.
Kemudian kelompok konservatif dan neo konservatif, kelompok kelas menengah dan elite, ultra nasionalos yang didukung oleh kelompok agama, terutama Katolik fundamentalis, yang menjadi basis pendukung Republik.
Kelompok berikutnya ialah independen yang non ideologis. Sebagian besar, kini diisi oleh para generasi muda atau milenial di Amerika.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.