SUARA CIREBON – Menjelang laga keempat atau matchday ke 4 penyisihan Grup C kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia antara Timnas Indonesia melawan Jepang muncul fenomena gelombang dukungan rakyat Korea Seatan (Korsel) terhadap Tim Merah Putih.
Rakyat Korsel menyatakan dukungan melalui media sosial (medsos) dan mendoakan kemenangan Timnas Indonesia atas Jepang.
Pertandingan Timnas Indonesia Vs Jepang bertempat di Stadion Gelora Bung Karno (Stadion GBK), Jakarta pada 15 November 2024 mendatang.
Laga ini merupakan matchday ke 4 setelah Timnas Indonesia bermain imbang 1-1 kontra Arab Saudi, lalu 0-0 lawan Australia dan menahan Bahrain 2-2 serta takluk dari China 1-2.
Du Grup C Piala Dunia 2026 Zona Asia, Jepang merupakan tim terkuat. Menempati posisi puncak klasemen dengan nilai nyaris sempurna 10 poin. Sedangkan Timnas Indonesia di urutan ke 5 dengan 3 poin.
Di atas kertas, Timnas Indonesia di bawah Jepang. Namun,pasukan Shin tae Yong tidak gentar,apalagi setelah memperoleh dukungan dari rakyat Korsel.
Ada fenomena menarik dalam renacna laga Timnas Indonesia Vs Jepang. Tiba-tiba, rakyat Korsel, melalui media sosial (medsos) ramai-ramai mendukung Skuad Garuda.
Dukungan rakyat Korsel bukan hanya karena keberadaan Shin tae Yong, sang pelatih Tim Merah Putih yang berasal dari Korsel, tetapi juga ada rentetan sejarah panjangnya.
Rakyat Korsel menyimpan luka dan trauma sejarah terhadap Jepang. Ada luka masa lalu yang masih membekas rakyat Korsel atas bagiamana Jepang menjajah negeri Ginseng tersebut.
Ada rangkaian sejarah panjang yang membuat rakyat Korsel masih menyimpan luka terhadap Jepang. Diawali dari kemunduran Dinasti Joseon yang pernah berkuasa selama 500 tahun di semenanjung Korea.
Hingga kini, bangsa Korea masih sulit melupakan sejarah kelam dari penjajahan Jepang.
Pada akhir abad ke-19, Semenanjung Korea di bawah Dinasti Joseon terancam dengan modernisasi Jepang pasca Restorasi Meiji tahun 1868.
Bersama negara barat, Jepang memulai industrialisasi besar-besaran dan sangat membutuhkan sumber daya alam untuk mendukung kebutuhan industrinya.
Dinasti Joseon yang telah berkuasa sekitar 500 tahun, mengalami kemunduran karena kebijakan isolasi dan masih mempertahankan status quo sebagai negara upeti di bawah Dinasti Qing Tiongkok.
Jepang menggunakan strategi yang disebut Big Stick Diplomacy (Diplomasi Kapal Perang) untuk memaksa Korea menjadi negara yang terbuka dan dapat dipengaruhi.
Mereka mengerahkan kapal perang Unyo untuk membuat Korea menandatangani Perjanjian Pulau Ganghwa pada tahun 1876.
Perjanjian ini memberi keuntungan besar kepada Jepang dengan memaksa Korea membuka tiga pelabuhan untuk Jepang.
Pengaruh Jepang di Korea mulai menggerogoti pemerintahan Joseon dari dalam, terutama setelah kekalahan Tiongkok dalam Perang Sino-Jepang pertama (1894-1895).
Jepang menghancurkan oposisi dengan membunuh Ratu Min dan sekutunya yang anti-Jepang.
Pemerintahan Joseon di bawah Raya Gojong menyadari bahayanya pengaruh Jepang dan meluncurkan Reformasi Gwangmu untuk memodernisasi Korea.
Raja Gojong mendirikan Kekaisaran Korea pada tahun 1897 sebagai simbol modernisasi negara tersebut.
Trauma lebih dalam dirasakan warga Korea saat pendudukan militer Jepang di Perang Dunia II pada era tahun 1940an.
Rakyat Korea merasakan kekejaman, penderitaan dan penindasan militer Jepang. Hingga kini masih menimbulkan trauma.
Karena itulah, di setiap ada kepentingan Jepang, seperti bidang olahraga, rakyat Korea cenderung tidak mendukung Jepang. Luka sejarah itu yang membuat warga Korsel mendukung Timnas Indonesia.
Ditambah lagi, dalam sejarahnya, Indonesia juga pernah mengalami luka sama ketika diduduki militer Jepang pada PD II di tahun 1942 sampai 1945.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.