SUARA CIREBON – Rakyat Amerika Serikat Selasa 5 November 2024, melakukan pemungutan suara untuk memilih siapa presidennya dalam Pemilihan Presiden atau Pilpres Amerika tahun 2024 ini.
Ada dua kandidat dalam pilpres Amerika 2024 ini. Dari Partai Demokrat, merupakan politisi wanita berdarah India, Kemala Harris.
Penantangnya,dari Partai Republik, pengusaha kaya yang pernah menjadi Presiden Amerika, namun kalah di pemilihan berikutnya, Donald Trump.
Bagi Trump, ini Pilpres Amerika untuk periode keduanya, setelah sempat dikalahkan oleh Joe Biden pada Pilpres tahun 2019 lalu.
Informasi terkini, Trump unggul sementara atas Kemala Harris.Baik untuk suara elektoral maupun suara rakyat.
Sistem penghitungan suara Pilpres Amerika memiliki keunikan dibandingkan dengan Pilpres di negara-negara lain di dunia umumnya.
Pada Pilpres Amerika, penentu kemenangan ialah bukan suara rakyat atau one man one vot yang disebut sebagai popular vote.
Penentu kemenangan dalam pilpres Amerika ialah siapa paling banyak memenangkan suara elektoral atau electoral vote yang tersebar di 48 negara bagian.
Jadi, capres yang memperoleh populer vote (suara rakyat) lebih besar, belum tentu otomatis menjadi Presiden Amerika jika tidak bisa memenangkan elelctoral vote (suara elektoral).
Hasil penghitungan suara ini terjadi pada saat Pilpres Amerika tahun 2014 yang memenangkan Donald Trump sebagai Presiden Amerika mengalahkan Hilliary Clinton.
Hilliary Clinton (Partai Demokrat) memperoleh suara rakyat atau populer vote lebih besar dibandingkan perolehan suara Donald Trump.
Namun tidak menjadi presiden. Pada Pilpres 2014, justru Donald Trump yang menjadi Presiden Amerika karena berhasil memenangkan suara elektoral atau electoral vote.
Pada Pilpres 2014, Donald Trump menjadi Presiden Amerika, mengalahkan Hilliary Clintondengan mengumpulkan 304 suara, unggultipis atas Hillary Clinton.
Untuk bisa menjadi Presiden Amerika, dari 50 negara bagian, terdapat 538 suara elektoral. Masing-masing negara bagian, memiliki suara elektoral yang berbeda tergantung kepadatan penduduk.
Dalam sistem penghitungan electoral college, berlaku istilah yang menang mengambil semua suara dari yang kalah (the winner takes it all).
Di Amerika, negara bagian paling banyak memiliki electoral vote adalah California, dengan 50 suara elekotral.
Paling sedikit ialah negara bagian seperti Vermont, Wyoming, North Dakota dan South Dakota yang masing-0masing hanya punya 3 suara elektoral.
Saat Pilpres 2014 lalu, Donald Trump meraih kemenangan atas Hilliary Clinton karena lebih banyak mengoleksi suara elekotral melalui kemenangan-kemenangan tipis di berbagai negara bagian.
Meski menang tipis, untuk penghitungan elektoral vote berlaku the winner take it all. Karena itulah, Trump menang karena lebih banyak mengumpulkan suara elektoral, terutama di negara-negara bagian yang penduduknya lebih sedikit.
Di Indonesia, penghitungan seperti Pilpres Amerika nyaris sama dengan penghitungan suara untuk perolehan kursi di DPR RI.
Terutama sering terjadi pada perolehan suara Partai Golkar. Selama ini, Golkar sering banyak memperoleh kursi di DPR RI dari daerah-daerah di luar Jawa, terutama di wilayah Indonesia timur yang suaranya sedikit.
Harga jumlah suara 1 kursi di Jawa yang penduduknya padat akan lebih mahal dibandingkan di luar Jawa. Meski demikian, ketika sudah sampai di DPR RI, nilai kursinya tetap sama. Jika voting, baik kursi dari Jawa maupun luar Jawa, hitungannya sama.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.