SUARA CIREBON – Program petani milenial bila dilaksanakan secara fokus dan serius bisa mengatasi ancaman krisis tenaga petani di sejumlah daerah sentra pertanian di Jawa Barat.
Di Kabupaten Indramayu, sebagai sentra pertanian terbesar di Jabar, memasuki tahun 2024, usia petani termuda antara 40 sampai 45 tahun.
Dalam sepuluh tahun terakhir, secara perlahan sebenarnya terjadi pergeseran usia petani termuda yang menandai krisis pada jumlah tenaga petani.
Jika sebelumnya, tahun 2010-2015, usia petani termuda di Indramayu di kisaran 30 sampai 35 tahun, memasuki tahun 2020, sebenarnya mulai bergeser ke usia 40 sampai 45 tahun.
“Apa yang terjadi di Indramayu, mengenai pergeseran batas usia termuda tenaga petani, juga terjadi di daerah pertanian lain di Jabar seperti Cirebon, Majalengka hingga Subang dan Karawang,” tutur H Sutatang, Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Indramayu.
KTNA telah menangkap fenomena rata-rata pergeseran batas usia petani muda di Indramayu dan daerah pertanian lain di Jabar, terutama memasuki tahun 2020.
“Memang data secara pasti belum ada. Namun KTNA melalui pengamatan lapangan, terasa jumlah petani di usia 25 sampai 35 tahun sudah sangat jarang,” tutur Sutatang.
Rata-rata usia petani paling muda di Indramayu, kini diantara 40 sampai 45 tahun. Sedangkan mayoritas petani berada di kelompok usia 45 sampai 60 tahun.
“Ini masalah laten yang terjadi secara diam-diam. Namun tidak banyak disadari, bahwa mulai terjadi krisis tenaga petani yang serius,” tutur Sutatang.
Karena itu, jika benar pemerintah seperti tengah direncanakan oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman soal program petani milenial, ini akan mengisi kekosongan jumlah tenaga petani di usia muda di bawah 35 tahun.
“Kami tentu menyambut baik jika program ini terlaksana. Menurut kami, ini harus dilakukan secara serius melibatkan banyak lembaga terkait,” tutur Sutatang.
KTNA akan turut berpatisipasi aktif jika dilibatkan oleh pemerintah untuk program petani milenial yang merupakan terobosan luar biasa ini.
“Saya melihatnya ini jawaban dari kekhawatiran kami soal krisis jumlah tenaga petani muda. Mengajak anak muda menjadi petani ini butuh kerjasama banyak pihak,” tutur Sutatang.
KTNA sejak awal selalu mendorong adanya regenerasi pada tenaga petani. Campur tangan negara secara lebih serius sangat diperlukan.
Sebab, menurut Sutatang, ini menyangkut perubahan paradigma. Selama ini, jika ada anak muda terjun sebagai petani, dianggapnya sebagai alternatif terakhir setelah mentok tidak dapat pekerjaan di sana-sini.
“Nah, paradigma ini harus dirubah. Menjadi petani bukan alternatif terakhir, tapi harus menjadi alternatif pertama. Jika benar program petani milenial ini bisa menjadikan petani dapat penghasilan Rp 10 juta per bulan, tentu ini insentif yang sangat menarik,” tuturnya.
Sutatang mengungkapkan soal bagaimana Jepang memberlakukan bidang pertanian dan perikanan menjadi prioritas dengan pengasilan yang sangat menjanjikan.
“Kebetulan beberapa tahun ini, banyak anak muda Indramayu yang berangkat ke Jepang. Ternyata di Jepang, penghasilan yang tertinggi itu kalau kerja di bidang pertanian dan perikanan. Ini menunjukan pemerintah Jepang menjadikan pertanian dan perikanan itu sebagai hal penting,” tuturnya.
KTNA kini menunggu realisasi apa di lapangan yang dilakukan pemerintah melalui program petani milenial tersebut, dan siap ikut mengkampanyekan, menyebarluaskan sampai pada upaya perekrutan tenaga-tenaga muda ke dalam program tersebut.
“Jika kami dilibatkan, kami akan ikut berpartisipasi aktif sampai pada merekrut anak-anak muda, terutama anak-anak dari petani sebelumnya untuk ikut program ini,” tuturnya.
KTNA kini sangat menunggu petunjuk teknis (juknis) dan petunjuk pelaksanaan (juklak) soal program petani milenial tersebut.
“Kami butuh hal lebih detil dan konkrit. Berapa batasan usianya, siapa saja, bagaimana realisasi di lapangannya dan darimana yang disebut penghasilan Rp 10 juta per bulan tersebut,” tutur Sutatang.
Seperti diketahui, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman menjanjikan penghasilan Rp 10 juta per bulan bagi generasi muda yang mau bergabung dalam program Petani Milenial.
Program Petani Milenial untuk mendorong pemberdayaan generasi muda agar mau terlibat aktif dalam mendukung swasembada pangan. Sebagai awalan, Mentan Amran Sulaiman menyiapkan sebanyak 3.000 anak muda yang telah direkrut dan ikut dalam program Petani Milenial tersebut.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.