SUARA CIREBON – Bau busuk yang berasal dari tumpukan kentang yang membusuk di sebuah gudang di Desa Setu Kulon, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, mulai tersingkap.
Kasus bau busuk yang mencemari lingkungan Desa Setu Kulon itu bermula ketika warga sekitar mengeluhkan bau menyengat dari gudang tempat kentang itu disimpan.
Menyikapi tekanan protes yang semakin kencang, pemilik mengambil inisiatif memindahkan kentang yang sudah rusak itu ke lahan kosong di sebelah Ramayana Cirebon Square, Desa Weru Lor, Kecamatan Weru.
Namun langkah ini justru menimbulkan masalah baru, karena bau yang timbul dari kentang-kentang busuk itu menyebar hingga Pasar Batik dan sangat dirasakan pegawai serta pengunjung Ramayana Cirebon Square.
Di sisi lain, pemilik lahan kosong, Masriah, mengaku, tidak pernah memberikan izin bahkan kaget saat mendapati tumpukan kentang membusuk sudah berada di lahannya tanpa pemberitahuan sebelumnya.
“Awalnya barang tersebut masuk saya dekati karena katanya mau jemur, tapi saya tidak pernah kasih izin. Begitu sudah masuk, baru memberitahu padahal jelas-jelas tidak setuju,” ujar Masriah, Rabu, 1 Oktober 2025.
Ia mengaku sangat dirugikan, karena banyak yang menyangka sudah memberi izin penggunaan lahannya untuk penjemuran kentang busuk tersebut.
“Warga sekitar resah karena bau kentang yang membusuk tidak hanya mengganggu kenyamanan, tapi juga dikhawatirkan menimbulkan dampak kesehatan,” tandasnya.
Sementara itu, pemilik puluhan ton kentang busuk yang sekaligus pemilik pengolahan bahan baku pakan ternak, Heriyanto, mengaku usahanya berjalan tanpa mengantongi izin resmi.
Faktor minimnya pemahaman dalam mengolah kentang menjadi pakan ternak membuat wilayah Setu Kulon, Pasar Batik dan pihak Ramayana tercemar bau tidak sedap.
Heriyanto mengaku, sejak tahun 2022 pengolahan pakan ternak menggunakan bahan baku umbi-umbian. Beralih ke kentang dimulai sejak sepekan lalu.
“Saya tidak tahu kalau pakai kentang akan berimbas pada bau tidak sedap yang menyebar kemana-mana. Saya mengaku salah karena tidak memahami karakter bahan baku yang ditangani. Pertama-tama saya minta maaf kepada warga yang terdampak bau tak sedap yang ditimbulkan kentang tersebut,” kata Heriyanto, Rabu, 1 Oktober 2025.
Heriyanto menjelaskan, awalnya kentang itu akan dikeringkan sebelum diolah menjadi bahan makan ternak.
“Awalnya saya berencana menjemur kentang itu untuk bahan pakan ternak, tapi ternyata teksturnya beda dengan singkong atau ubi, cepat sekali busuk dari yang awalnya segar. Beberapa butir rusak lalu menular ke tumpukan lain air keluar, jadilah bau busuk,” ujarnya.
Heriyanto juga mengaku kerepotan menangani kentang yang jumlahnya mencapai 20 ton tersebut.
“Karena kentang sudah terlanjur datang, sehingga saya mencoba memindahkan ke lahan lain untuk dijemur, namun ditolak pemilik lahan dan diminta mengubur kentang busuk tersebut. Saya ditekan untuk dua pilihan diambil lagi atau dikubur, akhirnya memilih untuk dikubur saja. Saya sadar kesalahan saya karena tidak izin sejak awal,” katanya.
Ia mengaku belum mengurus izin, karena awalnya hanya sebatas pengiriman kentang yang masih segar ke pabrik.
Tetapi setelah ditelusuri di Gudang yang disewa Heriyanto, ditemukan alat penggilingan diduga untuk pengolahan pakan ternak.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.















