MEMBANGUN kemajuan bangsa bisa dilakukan oleh siapapun dan dengan cara apapun. Kita bisa berperan melalui kemampuan dan bidang yang kita geluti. Seperti yang dilakukan wanita asal Blok Benggoi RT 01 RW 05 Desa Kepuh Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon, Inggih Laras Ayu.
Tenaga honorer yang pernah bolak-balik Palimanan- Candang Pinggan, Indramayu sebagai guru Bimbingan Konseling (BK) itu, kini kian fokus dengan dunia yang digelutinya hingga saat ini. Perannya sebagai guru BK merupakan salah satu dari sekian banyak cara yang bisa dilakukan untuk bisa membangun bangsa melalui kemandirian anak-anak sebagai generasi penerus.
Kepada Suara Cirebon, wanita kelahiran Cirebon 1992 itu mengaku niatnya berperan untuk kemajuan bangsa, berawal dari pemikiran yang sederhana dan simple. Sebagai seorang perempuan, ia tentu akan menjadi ibu rumah tangga yang akan menjadi garda terdepan dalam membentuk kepribadian anak-anaknya kelak.
“Awalnya terpikir bahwa saya kelak akan menjadi ibu rumah tangga yang akan berperan membimbing dan membentuk kepribadian anak yang mandiri. Dari situlah kemudian saya berpikir, bahwa peran membangun bangsa bisa dimulai dari lingkup keluarga,” ujar guru BK SMKN 1 Cikarang Selatan itu.
Sehingga, untuk mengenal lebih dalam karakter dan psikologi anak-anak itu, Inggih mantap menapaki jurusan BK saat menempuh S1 di Universitas Indraprasta PGRI Indonesia Jakarta. “Intinya saya ingin berperan untuk bangsa ini dengan membangun kemandirian dan mengarahkan kemampuan anak-anak disekolah untuk masa depan lebih baik. Apalagi saat ini anak-anak dihadapkan dengan tantangan berupa gadget yang sangat berpengaruh pada perkembangan anak,” ungkapnya.
Hingga saat ini, sudah satu tahun Inggih menjadi guru BK. Sebelum mengajar di SMKN 1 Cikarang, ia juga pernah mengajar disalah satu sekolah di Indramayu. Tapi siapa sangka, upayanya mewujudkan keinginan membentuk kepribadian anak yang mandiri itu ia tempuh dengan penuh perjuangan.
Untuk bisa menempuh S1 jurusan BK, Inggih muda harus memutar otak untuk membiayai kuliahnya sendiri. Setidaknya, membangun kepribadian anak-anak agar bisa mandiri sudah bisa bercermin pada kemandirian yang ia alami sejak lulus bangku SMA di Cirebon. (Islah)