Pasalnya, hampir 90 persen hewan sapi untuk Kabupaten Cirebon didatangkan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kepala Dinas Pertanian, Ali Effendi melalui Kepala Bidang Kesehatan Keswan, drh Encus Suswaningsih menjelaskan, bakteri antraks biasa ditemukan didalam tanah dan biasa menjangkiti hewan.
BACA JUGA: Majalengka Terbanyak Warga Negara Asing
Penyakit serius yang disebabkan oleh infeksi bakteri antraks atau bacillus anthracis itu bisa juga menyerang manusia. Seperti yang terjadi di Kabupaten Gunung Kidul, Jogjakarta.
Menurut Encus, bakteri antraks itu bersifat zonasi yang berbahaya karena bisa menular ke manusia. Kalau sudah menggangu sistem saluran pernapasan maka bisa menyebabkan kematian.
Encus menambahkan, setelah mendengar kabar adanya virus antraks menimpa warga di Kabupaten Gunungkidul, pihaknya terus memantau.
BACA JUGA: Didor, Pelaku Curat Bawa Sajam Beraksi Sebelas Kali
Namun, kata Encus, sejauh ini Kabupaten Cirebon masih dalam kondisi aman dan belum ada yang mencurigakan. “Kalau memang ada dan disebabkan oleh ternak, maka ternak itu harus dimusnahkan. Hewan itu harus disuntik agar darahnya tidak keluar. Karena jika kontak dengan oksigen maka bakteri antraks ini akan membentuk kapsul dan akan semakin kuat bahkan mampu bertahan berpuluh-puluh tahun,” kata Dia.
Ditegaskan Encus, Kabupaten Cirebon bukan merupakan daerah endemik antraks. Karena sudah puluhan tahun Kabupaten Cirebon telah dijuluki daerah bebas antraks. “Tapi kami tetap merasa khawatir, karena isu penyakit antraks di kabupaten gunung kidul itu sudah ada yang positif menimpa manusia. Maka ini harus menjadi kewaspadaan bagi kita,” terang Encus.
Untuk itu, pihaknya sudah melakukan antisipasi dengan menge-cek setiap hewan sapi yang didatangkan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur di tempat cek point yang berada diperbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dikatakan Encus, setiap sapi yang masuk dan keluar harus memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) daerah asal yang ditandatangani oleh dokter hewan yang berwenang.
BACA JUGA: Jalan Lingkar Jatilima Dikerjakan
“Kalau tidak ada SKKH kami sudah menginstruksikan melalui surat keseluruh petugas puskeswan, pasar hewan, rumah potong hewan supaya ditolak kalau tidak ada SKKH dari daerah asal. Tapi kalau ada SKKH nya dijamin sehat,” terang Encus.
Masih menurut Encus, pihaknya juga meminta kepada puskeswan untuk tetap memonitoring kesehatan sapi-sapi di wilayah kerja masing-masing. Jika ditemukan gejala yang mencurigakan, segera lakukan isolasi dan laporkan kepada Dinas.
“Nanti akan kami bawa ke laboratorium milik provinsi yang ada di losari. Kalau di laboratorium Losari tidak mampu, maka kita alihkan ke Cikole,” paparnya. (Islah)