MAJALENGKA, SC- Penerapan rekayasa lalu lintas yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majalengka menuai pro kontra. Protes terutama datang dari para pedagang di sepanjang jalan tersebut, serta kawasan di sekitar Alun-alun Majalengka.
Persoalan tersebut muncul, karena selain menjadi satu arah, kawasan itu disterilkan dari para pedagang. Agar tetap dapat mengais rezeki, pedagang bergeser ke arah kawasan Jalan Kartini. Namun, sebagian warga berpendapat kebijakan Pemkab tersebut dinilai baik,untuk menciptakan ketertiban dan keindahan kota.
Nadia, warga Majalengka mengatakan, dengan dilakukanya rekayasa lalu lintas tersebut, arus lalu lintas terutama di sekitar Pendopo Bupati menjadi lebih tertib, selain juga terlihat indah, terutama di malam hari.
“Kelihatan lebih tertib dan kondisinya lebih nyaman. Karena di lokasi itu selain tidak ada lagi para pedagang kaki lima juga dipenuhi sejumlah fasilitas menarik,” katanya, Rabu (24/2/2021).
Senada dikatakan warga lainnya, Apang. Menurut dia, penataan Jalan Ahmad Yani akan percuma, bila tidak dibarengi dengan penertiban kawasan. Meski demikian,kata dia pemerintah juga perlu memperhatikan PKL yang sebelumnya berdagang di kawasan Ahmad Yani ataupun sekitar Mambo.
“Kawasan itu sekarang memang lebih indah dan tertib, pada malam hari wajah kota Majalengka menjadi semakin indah dan cantik,” ucapnya.
Pendapat berbeda diungkapkan sebagian warga lainnya. Mereka menilai kebijakan tersebut kurang tepat. Akibat kebijakan itu perekonomian di Mambo menjadi sepi. Pengendara juga harus harus memutar arah cukup jauh jika ingin ke pasar Mambo.
”Makin ruwet saja lalu lintas, di satu sisi jalan Ahmad Yani lengang, tetapi Jalan Kartini jadi sering macet,” ujar Wawan warga lainnya.
Menurutnya ruas jalan Ahmad Yani dan kawasan Pasar Mambo tidak perlu ditutup, sehingga memudahkan masyarakat beraktivitas.
BACA JUGA: Jalan Jatiwangi-Ligung Tak Mulus Lagi
Sementara pedagang yang biasa berjualan di kawasan Jalan Ahmad Yani dan Kawasan Mambo juga menyesalkan kebijakan yang diberlakukan sejak awal Februari ini. Mereka mengaku mengalami pengurangan pembeli sejak diberlakukannya one way di sepanjang jalan tersebut.
“Kami berharap kebijakan satu arah bisa dibatalkan, karena berdampak pada omset penjualan kami,” pinta sejumlah pedagang. (Dins)