Kuwu Desa Luwung, Tajudin, menuturkan, mapag sri berasal dari kata mapag yang berarti menjemput, dan sri representasi dari Dewi Sri yang diartikan tanaman padi. Jadi mapag sri adalah upacara atau tradisi untuk menyambut padi atau panen raya.
“Mapag sri sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME) atas hasil panen yang melimpah, serta demi menjaga dan melestarikan warisan para leluhur, menjaga adat istiadat, tradisi dan budaya lokal sebagai kearifan lokal,” kata Tajudin, di sela kegiatan.
BACA JUGA: Pemdes Ujunggebang Gelar Mapag Sri
Menurut Tajudin, ritual mapag sri ini menjadi agenda rutin setiap tahun yang dilakukan masyarakatnya, khususnya para petani.
“Ini menjadi tradisi turun temurun dari dulu,” ujarnya.
Menurutnya, salah satu kegiatan yang dilakukan untuk memeriahkan mapag sri adalah arak arakan (kirab) kreasi budaya. Selain itu pihaknya juga akan menggelar tabligh akbar.
BACA JUGA: Pemerintah Desa Slangit Gelar Tradisi Mapag Sri
Tampak ribuan masyarakat begitu antusias mengikuti arak arakan kreasi budaya dengan menampilkan berbagai replika karya masyarakat desa setempat, dengan diiringi marching band, maupun kreasi nasi tumpeng.
“Puncak acara diadakan tablig akbar dengan penceramah Habib Masholeh bin Yahya dari Desa Jatimerta, Kecamatan Gunungjati,” katanya.
Pihaknya berharap, dengan mengadakan kegiatan mapag Sri ini, ke depan hasil panen masyarakatnya akan semakin melimpah. Ia juga mendoakan seluruh warga Desa luwung mendapatkan keberkahan sehingga dapat membangun desa khususnya di bidang pertanian agar cita-cita menjadikan desa lumbung pangan dapat terwujud.
BACA JUGA: Pemdes Jadimulya Gelar Sedekah Bumi
“Kalau hasil panen melimpah tentunya akan berdampak secara langsung kepada sektor ekonomi. Secara ekonomi masyarakat akan sejahtera,” pungkasnya. (Baim)