Penata Ahli Muda Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Juwanda, mengatakan, berdasarkan informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Sesar Baribis tersebut memanjang dari wilayah barat, yakni ujung barat Karawang sampai Brebes.
Menurut Juwanda, Sesar Baribis adalah patahan yang suatu saat nanti bisa aktif sehingga menyebabkan terjadinya gempa.
Namun pergeseran dari sesar baribis atau patahan itu sendiri tidak bisa diprediksi. Sehingga, dampak yang ditimbulkan dari pergeseran Sesar Baribis itu, yakni gempa buminya juga tidak dapat diprediksi.
“Yang namanya sesar itu, berarti kan patahan yang suatu saat bisa aktif, tidak bisa diprediksi berapa milimeter atau kecepatan pergerakannya, yang namanya magnitudo itu kita tidak tahu, tergantung bobot dan retakan yang bergesernya. Jadi, pergeseran patahan atau Sesar Baribis itu disebabkan karena ada pemicu, dalam hal ini tindihan atau beban di atasnya,” ujar Juwanda, Jumat (14/12/2022).
Ia menjelaskan, dengan dilintasi oleh Sesar Baribis tersebut, berarti ancaman gempa bumi di Kabupaten Cirebon memang ada. Terlebih, sebagian wilayah di Kabupaten Cirebon juga berupa perbukitan yang identik dengan keberadaan sesar.
Karena ketika ada sesar, bisa dipastikan di atasnya merupakan perbukitan. Begitupun dengan timbulnya gempa di laut yang menimbulkan sunami, itu terjadi karena di dalam laut juga ada gunung atau perbukitan.
“Ancaman ada, kapan terjadinya, tidak tahu,” kata Juwanda.
BACA JUGA: Majalengka Masuk Daerah Rawan Bencana, Warga Diminta Lebih Waspada
Karena itu, bagi masyarakat yang ada di wilayah dekat perbukitan seperti Talun-Sumber sampai Palimanan dan daerah-daerah lainnya diimbau untuk membuat bangunan yang tahan terhadap guncangan gempa.
Juwanda menyampaikan, pihaknyapun sering melakukan sosialisasi kegempaan kepada masyarakat dan memberikan pelatihan kepada Desa Tangguh Bencana (Destana).
Bahkan, pada awal tahun 2020, BPBD Kabupaten Cirebon bersama BPBD Provinsi Jawa Barat pernah melaksanakan sosialisasi tentang rumah tahan gempa di Desa Cipanas.
Desa tersebut dipilih sebagai lokasi sosialisasi, mengingat di titik tersebut masih ada letupan-letupan aktif.
BACA JUGA: BPBD Kota Cirebon Petakan Titik Rawan Banjir
“Pelatihannya bagaimana rumah bisa meminimalisir efek dari gempa. Dan sosialisasi kegempaan juga sering dilakukan melalui Destana, jadi di bawah 3 detik harus bisa menyelamatkan diri. Karena kalau gempa di atas 5 atau 7 detik, apalagi di atas 10 detik, kerusakannya sangat luar biasa. Di Cianjur saja itu (cuma, red) 5 detik,” terangnya.
Ia menambahkan, gempa yang ditimbulkan oleh pergeseran sesar atau patahan sangat berbeda dengan gempa yang diakibatkan oleh gunung berapi ketika hendak meletus.
Dimana, gempa yang disebabkan meletusnya gunung berapi cenderung bersifat lokal. Sedangkan akibat pergeseran patahan, dampaknya atau gempa yang terjadi bisa melebihi itu. Namun, guncangannya sendiri sangat tergantung dari magnitudo dan pergeserannya.
BACA JUGA: 25 Wilayah Kecamatan Rawan Bencana Alam
Letak wilayah Kabupaten Cirebon sendiri, imbuh Juwanda, tidak terlalu jauh dari posisi Gunung Ciremai di Kuningan. Ia menyebut, Gunung Ciremai ini termasuk golongan Gunung Berapi.
Hanya saja, saat ini Gunung Ciremai sedang tidak aktif alias sedang tidur.
Karena itu, Gunung Ciremai selalu dipantau agar tidak sampai terbangun. Karena, akan menimbulkan kesengsaraan masyarakat di sekitarnya dan meluas sesuai dengan meteorologinya, tergantung angin membawanya ke daerah paling rendah. (Islah)