Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatan fenomena badai kering El Nino di wilayah Nusantara yang berdampak pada penurunan curah hujan dan kekeringan.
Fenomena El Nino menjadikan sejumlah wilayah di Tanah Air akan memasuki musim kemarau dengan potensi ancaman kekeringan.
BACA JUGA: Heboh Penculikan Anak di Cirebon, Depok, Jakarta, Banten, Polda Metro Jaya Bicara Begini
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan prediksi terhadap kecenderungan perubahan cuaca dan musim di tanah air yang akan memasuki musim kemarau menyusul keberadaan feonema El Nino.
Fenomena El Nino menunjukan aliran massa udara basah dari Indonesia berbalik ke Samudera Pasifik.
“Massa udara basah La Nina bergerak ke arah Pasifik, meninggalkan sejumlah wilayah Tanah Air,” kata Dwikorita pada penjelasan secara virtual.
Dari pergerakan fenomena El Nino itu, beberapa wilayah di Nusantara dalam enam bulan ke depan diprediksi memasuki musim kemarau.
BACA JUGA: Kejutan, Tarif BPJS Kesehatan Resmi Naik, Segini Iuran yang Harus Dibayar, Ini Daftarnya
“Fenomena El Nino merupakan kebalikan badai basah La Nina yang menyelimuti Indonesia sejak tiga tahun lalu,” tutur Dwikorta.
Pergeseran badai La Nina dan masuknya El Nino membuat musim kemarau basah tidak lagi terjadi di Indonesia.
Fase musim kemarau basah yang terjadi di tahun 2022 lalu, bakal memasuki fase normal, yakni musim kemarau kering, sama seperti musim kemarau umumnya sebelum tahun 2020.
BACA JUGA: Banjir di Cirebon Rendam Ratusan Hektar Sawah, Biaya Produksi Semakin Membengkak, Petani Menjerit
“Fenomena kemarau basah yang terjadi selama tiga tahun terakhir, tahun 2023 ini akan berubah menjadi kering,” jelas Dwikorta.
BMKG mengungkapkan prediksi sejumlah wiayah di Tanah Air yang bakal mengalami penurunan curah hujan dan memasuki musim kemarau :
– Februari 2023
Memasuki Februari curah hujan ada di bawah normal. Meliputi Sumatera bagian tengah (Riau, Sumut dan Jambi), Kalimantan bagian tengah dan sebagian Papua.
BMKG mengingatkan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
– Maret 2023
Analisa BMKG menyebutkan, sebagian wiayah Tanah Air masih berwarna hijau alias curah hujan tinggi. Namun sejumlah provinsi akan mengalami penurunan curah hujan.
Daerah yang mengalami kemarau atau curah hujan kategori rendah di bawah 100 mm per bulan antaranya Riau, Madura, Jatim, Nusa Tenggara.
– Mei 2023
Sejumlah wilayah Tanah Air di bulan Mei berwarna oranye hingga coklat. Artinya curah hujan menengah hingga rendah. Wilayah yang mengalami kemarau semakin meluas.
Daerah kemarau di Jatim relatif merata. Sebagian wilayah lain Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara menghadapi fase transisi pada Maret-Mei.
BMKG mengingatkan potensi cuaca ekstrem dengan kemunculan angin kencang, angin puting beliung atau hujan lebat namun sangat singkat.
BACA JUGA: Adik Tiri Incar Hadiah Lomba Kicau Burung, Jadi Pelaku Pencurian di Cirebon, Dua Korban Ditikam
– Juni – Juli 2023
Penurunan curah hujan berpotensi terjadi di Maluku bagian utara serta Papua bagian tengah dan selatan.
Terjadi penurunan curah hujan di Jawa dan Sumatera semakin meluas. Warna orange dan coklat lebih luas.
Bahkan sejumlah daerah di Jatim berwarna coklat gelap. Artinya curah hujan mendekati 20 mm per bulan, sangat rendah. Kemarau makin meluas di Tanah Air.
“Fenomena pergesereran La Nina ke Samusra Pasifik dan masuknya El Nino, harus menjadi kewaspadaan bagi semua,” tutur Dwikorta.***
BACA JUGA: Perampokan Nasabah Bank, dari Surabaya Beraksi di Cirebon, Ditembak Polisi