3. Ada pula berpendapat tidak ada ketentuan kadar tertentu dalam pembayaran fidyah.
Dengan dalil bahwa Allah memerintahkan pembayaran fidyah secara mutlak tanpa membatasinya dengan kadar tertentu.
Maka dari itu, sah dibayarkan dengan kadar yang dianggap cukup dalam pemberian makanan menurut tuntutan kebiasaan masyarakat.
Pendapat ini yang rajih (terkuat) sebagaimana dinyatakan Ibnu Utsaimin dalam asy-Syarh al-Mumti (6/349-350).
Ini berdasarkan perbuatan sahabat, Anas bin Malik yang telah lanjut usia. Beliau mengumpulkan tiga puluh orang fakir miskin dan memberi mereka roti dan lauknya.
“Anas telah membagikan makanan fidyah setelah ia lanjut usia dalam setahun atau dua tahun, kepada seorang fakir miskin untuk setiap harinya berupa roti dan daging. Ia pun berbuka (tidak mampu berpuasa).”
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari secara mu’allaq dalam Kitab ash-Shahih dalam Kitab Tafsir Al-Qur’an, Bab Qauluhu Ta’ala)