SUARA CIREBON – Iduladha menjadi momen yang tepat bagi umat manusia untuk bisa bercermin dari kesabaran dan keikhlasan Siti Hajar.
Seorang istri yang ditinggal suaminya di tempat yang sangat asing, gurun pasir tandus tanpa ada tanda-tanda kehidupan, namun merelakan kepergiannya.
Perayaan Iduladha, sekaligus umat manusia juga bisa belajar dari keteguhan seorang Rasul, Nabi Ibrahim As.
Nabi Ibrahim tentu sangat berat meninggalkan Siti Hajar dengan putranya yang masih bayi, Nabi Ismail. Seorang diri di tengah padang apsir yang panas dan tandus.
Tapi karena mengikuti perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim pun teguh. Meninggalkan istri dan anak tercintanya, Siti Hajar dan Nabi Ismail.
Begini kisah dimana kita bisa bercermin dari kesabaran dan keikhlasan Siti Hajar, serta belajar dari keteguhan Rasulullah, Nabi Ibrahim As.
Mengapa suaminya meninggalkan dia dan Ismail anaknya yang masih kecil di padang pasir yang tak ada siapapun dan tak ada apapun ?
Ia hanya menduga bahwa ini akibat kecemburuan Sarah, istri pertama suaminya yang belum juga bisa memberinya putra.
Hajar mengejar Ibrahim AS, suaminya, dan berteriak :
“Mengapa engkau tega meninggalkan kami di sini, bagaimana kami bisa bertahan hidup?
Ibrahim As terus melangkah meninggalkan keduanya, tanpa menoleh, tanpa memperlihatkan air matanya yang meleleh membasahi pipinya.
Perasaannya terjepit antara pengabdian dan pembiaran.
Hajar masih terus mengejar sambil terus menggendong Ismail, kali ini dia setengah menjerit, dan jeritannya menembus langit.
Wahai suamiku, ayahanda Ismail, Apakah ini Perintah Tuhanmu ?”
Kali ini Ibrahim As, Sang Khalilullah, berhenti melangkah.
Dunia seolah berhenti berputar.
Malaikat yang menyaksikan peristiwa itu’pun turut terdiam menanti jawaban Ibrahim As.
Butir pasir seolah terpaku kaku.
Angin seolah berhenti mendesah.
Pertanyaan atau lebih tepatnya gugatan Siti Hajar membuat semuanya terkesiap.
Ibrahim AS membalik tegas, dan berkata:
Iya, ini perintah Tuhanku !
Hajar berhenti mengejar, dan dia terdiam.
Lantas meluncurlah kata-kata dari bibirnya, yang mengagetkan semua malaikat, serta menggusarkan butir pasir dan angin;
“Jika ini perintah Tuhanmu, pergilah wahai suamiku. Tinggalkan kami di sini. Jangan khawatir, Allah akan menjaga kami.”
Ibrahim AS pun beranjak pergi.
Dilema itu sirna sudah.
Ini sebuah Pengabdian, atas nama perintah Allah, bukan pembiaran.
Itulah IKHLAS…
IKHLAS adalah wujud sebuah keyakinan mutlak, pada Sang Maha Mutlak.
Ikhlas adalah kepasrahan, bukan mengalah apalagi menyerah kalah.
Ikhlas itu adalah ketika engkau sanggup untuk berlari, mampu untuk melawan dan kuat untuk mengejar, namun engkau memilih untuk patuh dan tunduk.
Ikhlas adalah sebuah kekuatan untuk menundukkan diri sendiri dan semua yang engkau cintai.
Ikhlas adalah memilih jalan-Nya, bukan karena engkau terpojok tak punya jalan lain.
Ikhlas bukan lari dari kenyataan. Ikhlas bukan karena terpaksa. Ikhlas bukan merasionalisasi tindakan, bukan mengkalkulasi hasil akhir.
Ikhlas tak pernah berhitung, tak pernah pula menepuk dada.
Ikhlas itu tangga menuju Allah.
Mendengar Perintah-Nya, Menaati-Nya.
IKHLAS adalah IKHLAS itu sendiri. Murni tanpa embel-embel kepamrihan apapun.
Suci bersih 100 persen, hanya karena Allah dan mengikuti Kehendak Allah, tidak yang lain
IKHLAS ADALAH KARUNIA ALLAH YG DIBERIKAN ALLAH KEPADA HAMBA-HAMBA YANG DICINTAI NYA
Setelah ditinggal suaminya, Ibrahim, Siti Hajar mengendong putranya Ismail.
Sambil lapar dan Siti haus Hajar terduduk setelah perjuangannya mencari air dari Shafa ke Marwa…dan dari Marwa ke Shafa sampai 7x
Sementara itu kaki Ismail mengepak-ngepak ke pasir dan keluarlah air, …. air zamzam, dan di situlah Siti Hajar dan Ismail hidup selama belasan tahun.
Setelah lsmail remaja datanglah Ibrahim dengan perintah Allah untuk menyembelih Ismail anak semata wayangnya…yang sangat dicintainya…yang lama dia harapkan..yang dikaruniai Allah setelah ia berumur 100 tahun… anak yang sangat sholeh…
Ibrahim dan Ismail, ikhlas, patuh dan sabar akan perintah Allah……
ketika Ismail sudah dibaringkan dan siap disembelih …… ternyata Allah SWT mengganti Ismail dengan domba yang besar.
Sekarang
“Setiap kita adalah IBRAHIM’ dan setiap Ibrahim punya ‘ISMAIL’…..
Ismailmu mungkin ‘HARTAMU’,
Ismailmu mungkin ‘JABATANMU’,
Ismailmu mungkin ‘GELARMU’,
Ismailmu mungkin ‘EGOMU’,
Ismailmu adalah sesuatu yang kau ‘SAYANGI’ dan kau ‘PERTAHANKAN’ di dunia ini
Ibrahim tidak diperintah Allah untuk membunuh Ismail, Ibrahim hanya diminta Allah untuk membunuh rasa ‘KEPEMILIKAN’ terhadap Ismail.
Karena hakekatnya semua adalah milik Allah…
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menganugerahkan
Kesalihan dan Keikhlasan Nabi Ibrahim serta keihlasan dan kesabaran Nabi Ismail kepada kita semua.
Karena di hadapan Allah hanya ketaqwaan kita yang diterima-Nya..
Semoga kita termasuk ke dalam orang yang bertaqwa dan senantiasa dirahmati ALLAH SWT.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.