SUARA CIREBON – Sejumlah sungai di Kabupaten Cirebon yang menjadi penyebab banjir sudah dilakukan normalisasi. Sungai yang menjadi prioritas normalisasi ialah yang melintas di wilayah langganan banjir seperti Desa Waled, Desa Mekarsari, Desa Ambit, Desa Gunungsari, dan Desa Ciuya.
Tidak hanya wilayah timur, normalisasi juga dilaksanakan di wilayah barat Kabupaten Cirebon yakni sungai yang ada di wilayah Susukan, pertemuan sungai di wilayah Arjawinangun, Klangenan, dan Panguragan, dan sungai wilayah Kecamatan Suranenggala.
Normalisasi sungai tersebut merupakan salah satu langkah sesuai kesepakatan dengan pihak Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (BBWS CC) untuk penanganan banjir yang kerap melanda wilayah Timur Kabupaten Cirebon. Salah satunya ialah melakukan normalisasi sungai Cisanggarung. Normalisasi dilakukan dari Mei sampai akhir Desember.
Penjabat (Pj) Bupati Cirebon, Drs H Wahyu Mijaya, SH, MSi pun sudah meninjau normalisasi sungai Cisanggarung yang ada di Kecamatan Waled pada Oktober kemarin. Wahyu Mijaya, mengatakan, pihaknya bersama BBWS-CC juga berencana menindaklanjuti proyek infrastruktur yang berkaitan dengan pengendalian banjir, yakni pembangunan sejumlah kolam retensi di Kecamatan Pabuaran.
“Normalisasi sudah berjalan sejak Mei, kini kami fokus melanjutkan pekerjaan di beberapa titik strategis seperti Ciuyah dan wilayah sekitar Bendung Ambit,” tuturnya.
Selain itu, daerah Ciberes dan Waled Asem juga akan menjadi fokus pembangunan kolam retensi untuk menahan aliran air sebelum masuk ke Bendung Ambit. Hal ini diharapkan dapat mengurangi potensi banjir di wilayah tersebut.
Tak hanya itu, Pemkab Cirebon bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi juga memberikan bantuan berupa 5 titik sumur resapan dan 12.000 bibit pohon. Langkah tersebut diharapkan mampu membantu memperbaiki ekosistem dan menyerap kelebihan air selama musim hujan.
Upaya meminimalisasi dampak banjir juga dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon melalui penandatanganan kerja sama dengan Pemkab Kuningan di Pendopo Bupati, Jalan Kartini, Kota Cirebon pada Jumat, 4 Oktober 2024.
Kedua pemerintah daerah berikrar untuk bahu-membahu menanggulangi potensi banjir dan longsor yang kerap mengancam warga di masing-masing daerah saat musim penghujan tiba.
Wahyu Mijaya mengatakan, kolaborasi Pemkab Cirebon dengan Pemkab Kuningan merupakan langkah strategis dan bersejarah dalam upaya pencegahan bencana. “Dengan kerja sama ini, kami bisa lebih siap mengantisipasi banjir dan melindungi masyarakat,” ujar Wahyu.
Ia mengatakan, dari hulu, Pemkab Kuningan akan melakukan beberapa upaya untuk mencegah terjadinya bencana. Sedangkan dari sisi hilir, Pemkab Cirebon melakukan berbagai upaya agar dapat meminimalisir terjadinya banjir di Kabupaten Cirebon.
Hal senada disampaikan Pj Bupati Kuningan, R Iip Hidayat yang menekankan kerja sama ini lebih dari sekadar formalitas. Ia menyampaikan, kerja sama ini adalah langkah nyata dalam menghadapi potensi longsor yang setiap tahun mengintai Kabupaten Kuningan.
“Sebagai daerah hulu, Kuningan punya tanggung jawab besar. Kami akan memperkuat tanggul, membangun dam, dan tentu saja mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam menjaga lingkungan, terutama terkait pengelolaan sampah,” kata Iip.
Selain itu, BBWS juga akan dilibatkan dalam pengelolaan sungai dan sedimentasi yang jadi penyebab banjir di Kabupaten Cirebon.
Dengan rencana yang matang, kedua pemimpin tersebut optimis bakal mampu mengurangi risiko bencana yang merugikan tak hanya infrastruktur, tapi juga kehidupan ribuan warga, termasuk yang paling terdampak yakni petani.
Seperti diketahui, selama ini wilayah timur Kabupaten Cirebon rentan terendam banjir akibat luapan Sungai Cisanggarung yang hulunya berada di Kabupaten Kuningan.
Sebaliknya, Kuningan dengan kontur pegunungan juga menghadapi risiko longsor yang bisa berdampak fatal jika pengelolaan air sungai tidak dilakukan dengan baik.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.