SUARA CIREBON – Beredar cerita humor Pilkada dengan judul “Cerita Guyonan : Pilkada dan Simpatisan yang Tak Mau Akur.
Cerita huomor itu beredar di sejumlah grup WhatsApp (Grup WA) masyarakat Sabtu 30 November 2024.
Meski cerita humor, namun isinya berisi bagaimana perang di medsos dari para netizen dan buzzer kadang lebih panas dibandingkan para calonnya sendiri.
Berikut cerita guyon atau humor soal Pilkada :
“Cerita Guyonan: Pilkada dan Simpatisan yang Tak Mau Akur
Setelah Pilkada 2024 selesai, situasi di kantor calon bupati terpilih, Pak Haji Suparman, terasa damai.
Ia baru saja menerima kunjungan rivalnya, Pak Sutrisno. Dua-duanya duduk santai sambil ngopi, tertawa-tawa seperti sahabat lama.
“Saya salut sama Pak Haji,” kata Pak Sutrisno. “Kampanye kemarin saya sering serang, tapi njenengan tetap tenang.”
Pak Haji tersenyum. “Santai saja, Pak. Politik itu kan kayak wayang. Kalau nggak jadi dalang, kita cukup jadi penonton yang menikmati.”
Mereka pun berdiskusi, berbagi ide tentang bagaimana membangun daerah bersama-sama.
“Kalau saya, saran saya jalan di pasar itu diperlebar,” ujar Pak Sutrisno.
“Betul, Pak. Nanti tolong bantu kasih ide juga untuk program UMKM, ya,” jawab Pak Haji.
Namun, di luar ruangan, perang masih berlanjut. Bukan di lapangan, tapi di dunia maya.
Simpatisan Pak Haji dan Pak Sutrisno masih saling serang di Facebook dan WhatsApp. Meme-meme lucu sampai video editan terus diunggah.
Salah satu simpatisan Pak Haji, Bu Marni, menulis status:
“Ya Allah, kasihan banget itu yang kalah, sudah nggak ada harapan lagi. Sini ikut program pelatihan keterampilan, siapa tahu berguna di masa depan.”
Tidak mau kalah, simpatisan Pak Sutrisno, Mas Beni, langsung membalas:
“Menang kok karena janji palsu! Nanti lihat saja, lima tahun ke depan cuma janji-janji doang.”
Yang lebih lucu, mereka saling tag akun yang sebenarnya sudah diblokir. Jadi, komentar itu tidak pernah sampai ke lawannya.
Pak Haji yang sedang asyik berdiskusi dengan Pak Sutrisno tiba-tiba mendengar asistennya menggerutu sambil memegang ponsel.
“Pak, simpatisan njenengan itu bikin geger lagi di grup desa. Katanya simpatisan Pak Sutrisno buta fakta.”
Pak Sutrisno juga mendapat laporan serupa. “Aduh, simpatisan saya ini benar-benar nggak paham kalau kita sudah damai. Malah kirim stiker gambar Pak Haji naik becak sambil nangis.”
Akhirnya, Pak Haji dan Pak Sutrisno memutuskan untuk membuat video bersama. Dalam video itu, mereka bergandengan tangan sambil berkata:
“Teman-teman, kami sudah akur. Kami sudah berpelukan. Jadi, stop berantem di media sosial. Lebih baik kita fokus bangun daerah bersama. Kalau kalian masih ribut, kalian bukan simpatisan kami, tapi simpatisan drama!”
Video itu viral, tapi… para simpatisan tetap saja ribut. Kali ini mereka berdebat soal siapa yang lebih keren dalam video tersebut.
“Kerenan Pak Haji dong! Lihat, bajunya lebih matching.”
“Ah, nggak lah! Pak Sutrisno lebih natural. Senyumnya lebih tulus.”
Akhirnya, Pak Haji dan Pak Sutrisno hanya bisa tertawa. “Ternyata bikin simpatisan akur itu lebih susah daripada menang pilkada, ya, Pak?”
“Betul, Pak. Kalau gini terus, kayaknya kita harus bikin lomba joget TikTok saja, biar mereka sibuk.”***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.