Kegiatan yang dikemas dengan sederhana ini, digagas Senat Mahasiswa FSEI IAIN yang berkerjasama dengan Jaringan Kemanusiaan Nasional (Jaman) Cirebon. Hadir pula pada diskusi nasional ini, sebagai narasumber Yosep Nurdiana unsur dari Sekjen Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Barat. Tak hanya Yosep, mantan aktivis 98 pun menyempatkan hadir dan menjadi narasumber, yakni A Iwan Dwi Laksono, dan sebagai moderator Heru Cakra aktivis Kota Cirebon.
Ketua Pelaksana Muhammad Fafa mengatakan, digelarnya Diskusi Nasional ini, untuk menumbuhkan sikap kritis pada diri mahasiswa dalam menghadapi perubahan zaman, di era revolusi industri 4.0. “Ada beberapa tujuan maksud dilaksanakan diskusi ini, diantaranya mendorong peran aktif mahasiswa dalam menghadapi bonus demografi di era revolusi industri 4.0. Menumbuhkan sikap kritis-demokratis serta ide-ide kreatif sebagai usulan kemajuan di era revolusi industri 4.0,” tegas Fafa kepada Suara Cirebon.
Diskusi ini membahas tentang fenomena revolusi industri 4.0 dan bonus demografi. Ketua DPK Jaman Cirebon, Heru Cakra mengungkapkan, revolusi industri 4.0 sebagai hasil dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendorong laju industri semakin cepat dan maju serta cepat, selain itu, di era 4.0 ini akan mempermudah masyarakat dengan serba otomatis atau intans dan Bonus Demografi yang berarti dominan atau tingginya jumlah tenaga produktif atau dapat disebut angkatan kerja di Indonesia.
“Revolusi Industri 4.0 dapat menjadi keuntungan untuk rakyat Indonesia, tapi juga dapat menjadi petaka saat perkembangan tersebut tidak dijawab oleh negara Indonesia khususnya pemerintah melalui kebijakan yang pro rakyat dan futuristik,” tutur Heru Cakra yang menjadi moderator dalam acara tersebut.
Iwan Dwi Laksono Ketua DPP Jaman mengatakan revolusi industri 4.0 jika tidak dibarengi dengan penguatan kemandirian ekonomi nasional hanya akan menguatkan Indonesia sebagai negara konsumen belaka.
Senada, Yosep Yusdiana Pembina Jaman Jawa Barat mengatakan, bonus demografi di Indonesia akan menjadi lost generation jika pemerintah tidak mengontrol perkembangan revolusi 4.0 untuk sepenuhnya kepentingan rakyat.
“Adaptasi terhadap revolusi industry 4.0 akan menimbulkan konflik man vs man and man vs machines jika negara tidak menjadi kekuatan kontrol atas kekuatan luar yang makin mendominasi perkembangan ekonomi dan politik nasional,” tegas Yosep. (M Surya)