Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Cirebon, Dadang Suhendra, mengatakan, dengan berakhirnya masa tanggap darurat itu maka anggaran dari Pemda dan PDAM untuk bantuan penyaluran air bersih resmi ditutup pada 31 November. “Anggaran APBD dan PDAM sudah ditutup pada 31 november kemarin karena sudah habis,” ujar Dadang Suhendra diruang kerjanya, Kamis (12/12).
Menurut Dadang, untuk penyaluran bantuan air bersih pada dua minggu pertama di bulan Desember yang masih berjalan, pihak BPBD menggunakan anggaran bantuan dari Baznas. “Karena sampai sekarang masih banyak desa-desa yang memohon bantuan,” kata Dadang.
Sedangkan pada dua minggu berikutnya, kata Dadang, pihaknya akan mencoba bekerjasama dengan Bank BJB Cirebon. BPBD Kabupaten Cirebon sudah mengajukan permohonan bantuan anggaran untuk memenuhi penyaluran bantuan air bersih hingga akhir tahun ini.
“Kami sudah ajukan anggaran untuk menutupi penyaluran sampai akhir tahun ini supaya air bisa didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan,” papar Dadang.
Dijelaskan Dadang, sampai saat ini masih ada sekitar 20 desa yang mengajukan permohonan bantuan air bersih. Desa-desa yang masih membutuhkan air bersih itu di antaranya desa Kreyo, Pekantingan, Babadan, Karangwuni dan beberapa desa diwilayah Cirebon timur lainnya. “Tapi tidak semua desa yang 54 itu, paling 20 desa yang masih memerlukan karena curah hujan masih belum stabil,” sambungnya.
Selanjutnya, BPBD Kabupaten Cirebon akan rapat koordinasi (rakor) persiapan menghadapi musim hujan yang ditengarai akan berdampak adanya banjir. Dadang menambahkan, rakor tersebut akan digelar minggu depan setelah rakor tingkat Provinsi dilaksanakan.
“Adapun upaya-upaya kita menghadapi musim banjir, kita sudah lakukan bersih-bersih Sungai Cipager yang mengalir di ibu kota Sumber, dari Setu Wetan-Gesik dan Gunungjati. Dan bersih-bersih masih akan berlanjut dan terus kita lakukan,” imbuhnya.
Sedangkan untuk Sungai Cisanggarung, Ciberes dan Singaraja yang melewati Lemahabang dan Japurabakti yang dalam lima tahun terakhir selalu terjadi luapan, perlu dilakukan normalisasi karena sedimentasinya tinggi.
“Itu selalu menimbulkan luapan-luapan terutama di wilayah Ciuyah, Karangsari. Karena memang sedimentasinya tinggi, jadi perlu dikeruk, dinormalisasi. Dan ini perlu langkah konkret dari BBWS,” ungkap Dadang.
Untuk wilayah barat Cirebon, potensi juga ada di sungai Ciwaringin di desa Ciwaringin dan Gegesik diperbatasan Kaliwedi. Di wilayah tengah, Sungai Cipager juga masih jadi ancaman di musim penghujan nanti. (Islah)