Kuwu Danawinangun Maman Sukarman mengatakan, setiap tahun Napak Tilas di Desa Danawinangun yang dulunya satu padukuhan yang melingkupi Desa Danawinangun dan Desa Jamblang. Napak tilas ini diwujudkan dalam rangka “ngider” (mengarap) yang ada di dalam petilasan.
“Di dalam petilasan tersebut ada salah satu benda yang diarak mengelilingi daerah-daerah kekuasaan yang disebut totor alas dari Nyi Endang Geulis,” kata Kuwu Maman, Senin (25/10).
Dia menjelaskan, waktu zaman dahulu benda itu dibawa keliling karena ada wabah yang mengerikan. Pada saat wabah itu muncul pusaka itu dibawa keliling ke wilayah kekuasaannya. Konon wabah tersebut hilang.
“Dalam kegiatan Napak Tilas ini diisi dengan tawasulan terlebih dahulu kemudian kita iderkan ke wilayah Danawinangun, Tegalan, Sitiwinangun, Lebak, Jamblang dan kembali lagi ke tempat Buyut Pengampon,” jelasnya.
Menurut Kuwu Maman, kegiatan Ngunjung Buyut Nyi Mas Endang Geulis adalah tradisi secara turun temurun yang terus dilestarikan masyarakat Desa Danawinangun setiap tahun. Dia juga menerangkan jangan sampai tradisi Ngunjung Buyut Nyi Mas Endang Geulis yang merupakan warisan leluhur hilang, sehingga pihaknya sebagai generasi penerus harus bisa terus melestarikannya dan bahkan harus mengenalkan tradisi Ngunjung Buyut Nyi Mas Endang Geulis ini kepada masyarakat dan generasi muda khususnya di Danawinangun.
BACA JUGA: Satgas Kecamatan Tak Berwenang Eksekusi Pelanggaran Pilwu