SUARA CIREBON – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon mulai menyelaraskan program penanganan stunting ke berbagai lini dan sektor.
Salah satu langkah yang dilakukan ialah dengan memasukkan materi-materi tentang kependudukan, terutama stunting, ke dalam kurikulum pendidikan di Kabupaten Cirebon.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Cirebon, Hilmi Rivai mengatakan, penyelarasan program tersebut dilakukan dengan melibatkan para “penggawa” pendidikan.
“Kita menyiasati dengan memasukkan materi-materi tentang kependudukan terutama stunting, di sekolah-sekolah melalui kurikulum,” ujar Hilmi, saat membuka acara Sosialisasi Sekolah Siaga Kependudukan dan Advokasi Program Kependudulan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) yang digelar oleh DPPKBP3A di salah satu hotel di Kecamatan Kedawung, Selasa, 6 Agustus 2024.
Menurut Hilmi, kurikulum yang akan disusun itu nantinya disisipkan pada kurikulum yang diselenggarakan di dunia pendidikan.
“Jadi bukan menambah mata pelajaran, tapi menambah sisipan-sisipan di kurikulum yang diselenggarakan di dunia pendidikan,” kata Hilmi.
Ia mengatakan, sasaran dari program penyelarasan untuk menekan stunting tersebut adalah anak-anak didik di Kabupaten Cirebon.
Untuk memulai pencegahan stunting, Hilmi mengibaratkannya seperti telur dan ayam. Dimana, pencegahan stunting ini tidak bisa dilakukan hanya dari bayi dan ibunya saja serta hanya peran dari satu lini saja.
Karena itu, lini pendidikan merupakan poin yang paling penting mengingat di dalam pendidikan ada anak yang merupakan calon orang tua.
“Ketika orang tuanya tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang gizi, tentang kesehatan terutama untuk mencegah stunting, maka tidak akan berkelanjutan antara telur dan ayam ini,” paparnya.
Dengan upaya penyelarasan melalui pendidikan, diyakini Hilmi hasilnya cukup komprehensif karena dapat mencakup anak didik dan guru. Sehingga, bisa menjadi langkah menyiapkan masa depan untuk 20 sampai 30 tahun mendatang.
“Kalau ibu hamil selesai hari itu, anak yang stunting selesai hari itu. Tapi kalau di dunia pendidikan kita menyiapkan generasi untuk 20 sampai 30 tahun yang akan datang,” terangnya.
Hilmi meminta semua sektor memahami tentang pencegahan atau menekan angka stunting di Kabupaten Cirebon.
Di kesempatam yang sama, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Cirebon, Hj Eni Suhaeni mengatakan, sekolah siaga kependudukan yang digelar pihaknya bakal memuat materi tentang kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga.
“Jadi kenapa memilih sekolah, karena mereka sangat rentan, pertama perkawinan anak masih tinggi dan masalah stunting juga masih tinggi,” ujar Eni Suhaeni.
Dengan adanya materi stunting di sekolah nanti, Eni berharap anak-anak Kabupaten Cirebon menjadi generasi yang unggul. Menurutnya, pemahaman yang diberikan sejak dini adalah upaya menyiapkan generasi penerus yang sehat, cerdas dan bisa bersaing secara global.
“Materi ini untuk anak-anak sekolah yang nantinya menjadi calon pengantin. Karena pencegahan stunting itu tidak langsung dari bayi,” tandasnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.