SUARA CIREBON – Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cirebon membantah mempersulit sewa lahan milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon, untuk dijadikan demplot padi varietas baru.
Sekretaris Distan Kabupaten Cirebon, Nanang Ruhyana, menegaskan, gagalnya sewa lahan oleh petani inovatif yang menciptakan padi varietas baru, lantaran seluruh lahan pertanian padi sudah digarap oleh petani lainnya. Dimana, sewa lahan yang sudah berjalan ini telah berkontribusi pada pendapatan daerah.
“Lahan pertanian milik Pemkab sudah digarap oleh petani lain dan telah memberikan retribusi bagi daerah,” ujar Nanang Ruhyana, Selasa, 6 Mei 2025.
Nanang menjelaskan, lahan pertanian milik Pemkab Cirebon telah memberikan retribusi sebesar Rp850 juta pada tahun 2024 kemarin. Ia menargetkan, pada tahun 2025 ini retribusi dari lahan tersebut sebesar Rp1,1 miliar.
Ia menyampaikan, penggunaan lahan Pemkab untuk demplot juga harus menempuh beberapa syarat, di antaranya, menunjukkan hasil uji varietas baru tersebut. Sejauh ini, Distan belum menerima hasil uji varietas baru tersebut dan hingga kini masih menunggu.
“Selama ini kami juga menunggu hasil uji varietas baru tersebut. Jadi bukannya kami tidak memberikan penggunaan lahan untuk demplot,” tegasnya.
Pihaknya menyarankan petani pencipta varietas baru untuk menempuh proses perizinan varietas yang menjadi persyaratan dari Direktorat Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kementerian Pertanian.
“Jadi, demplot tidak serta merta diberikan harus melalui proses,” terang Nanang.
Jika nanti sudah ada kejelasan mengenai hasil panen dari varietas baru tersebut, pihaknya dapat menyesuaikan antara kebutuhan dengan lahan yang akan dipersiapkan untuk demplot.
Sebelumnya, rencana demplot padi varietas baru UFA 1 dan UFA 2 ciptaan petani Kabupaten Cirebon di lahan pertanian milik Pemkab Cirebon, dipastikan tidak akan pernah terwujud. Hal itu, lantaran lahan di sejumlah titik yang ada seperti sudah “terkunci” oleh tangan-tangan kuat di sekitarnya.
Padahal, sejak awal Bupati Cirebon, H Imron sendiri telah menyatakan dukungannya sekaligus mempersilakan petani tersebut untuk membuktikan varietas padi temuannya di lahan pertanian milik Pemkab Cirebon.
Petani pencipta padi varietas baru, Usman Efendi, mengaku kecewa, lantaran upayanya memajukan pertanian di Kabupaten Cirebon hanya berjalan sendiri. Pemkab Cirebon yang diharapkan dapat membantu memperkenalkan varietas baru tersebut, justru terkesan “mengubur” rencana besar Usman Efendi yang ingin meningkatkan hasil pertanian para petani padi di Kabupaten Cirebon.
“Saya sudah pernah diundang oleh ketua DPRD untuk audiensi terkait padi varietas baru dan pupuk unggul ciptaan saya. Waktu itu, Pak Bupati juga sudah menyatakan dukungannya, untuk melakukan demplot di lahan milik Pemkab Cirebon,” ujar Usman, Minggu, 5 Mei 2025.
Setelah melakukan survei lahan di wilayah Kecamatan Susukan dan Kecamatan Kaliwedi, pada tahun 2023 lalu, Usman menempuh prosedur sewa sesuai ketentuan yang berlaku. Namun dinas terkait yang mendapat permohonan sewa lahan dari petani tersebut memberikan jawaban tak menggembirakan.
Menurut Usman, dirinya kemudian disuruh mengajukan permohonan sewa untuk musim tanam berikutnya, yakni 2024/2025. Dari hasil penelusuran yang dilakukan Usman, diketahui sejumlah lahan tersebut telah “terkunci” oleh kekuatan di sekitarnya.
Sehingga Usman merasa tak lagi punya harapan untuk dapat melakukan demplot padi varietas baru ciptaannya.
“Sebelum memasuki musim tanam berikutnya, ada orang-orang yang datang ke para petani penyewa lahan untuk perpanjangan sewa,” terang Usman.
Ia menjelaskan, mereka melakukan hal tersebut karena ada keuntungan yang didapat dari nilai sewa sesungguhnya kepada Pemkab Cirebon.
“Di tingkat bawahnya seperti itu. Jadi kalau saya yang nyewa enggak mungkin mau karena harga sewanya sesuai ketentuan yakni Rp12,5 juta per hektare. Tapi kalau ke petani lain, harga sewanya bisa mencapai Rp16 juta sampai Rp17 juta per hektare,” tegasnya.
Selain padi varietas baru dan pupuk unggul ciptaannya, Usman juga bakal mendemonstrasikan teknik pruning atau pemangkasan batang ketika padi berusia 20 sampai 25 hari. Teknik tersebut juga diyakini Usman dapat meningkatkan hasil panen yang jauh lebih banyak.
“Petani di China sudah menerapkan teknik pruning. Di sini belum ada sama sekali, bahkan saya yakin para petani enggak akan ada yang berani,” ungkapnya.
Usman kini berharap agar Bupati Imron turun langsung menengahi dan membuka jalan bagi inovasi pertanian lokal agar tidak padam sebelum berkembang. Jika tidak, mimpi swasembada pangan berbasis inovasi lokal hanya akan menjadi wacana semu.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.