SUARA CIREBON – Salah seorang korban selamat dari longsor tambang batu di Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, adalah Rahmat (28).
Ia merupakan operator alat berat excavator dari perusahaan tambang yang kini telah dicabut izinnya pascainsiden longsor, pada Jumat, 30 Mei 2025 lalu.
Saat peristiwa tragis itu terjadi, pria asal Desa Cikeusal, Kecamatan Gempol ini posisinya hanya beberapa meter dari lokasi longsor. Ia menjadi salah satu saksi mata yang mengetahui detik-detik longsornya tebing galian C Gunung Kuda.
Sejak dimulainya pencarian korban tertimbun pada hari kedua, Rahmat pun tidak tinggal diam. Ia ikut terlibat membantu tim SAR gabungan melakukan pencarian para korban menggunakan excavator yang saat peristiwa terjadi sempat mengalami trouble.
“Karena di sini mayoritas (korban tertimbun, red) adalah orang yang saya kenal semua, yang kedua, saya sebagai karyawan di sini, saya yang selamat kenapa saya harus diam, ya ikut andil,” ujar Rahmat, Rabu, 4 Juni 2025.
Menurut Rahmat, proses pencarian korban sejak hari kedua sampai hari kelima kemarin, berjalan cukup lancar. Namun, ia mengakui pencarian para korban ini terkendala dengan terjadinya beberapa kali longsor susulan. Sehingga hal itu menghambat proses evakuasi.
Kondisi tersebut diakui Rahmat, sempat membuat dirinya khawatir. Namun karena sudah terbiasa dan menjadi pekerjaan sehari-hari, Rahmat seperti sudah mempunyai chemistry dengan lokasi tambang tersebut.
“Kalau dibilang khawatir ya khawatir, cuman karena kita sudah kerjaan sehari hari, jadi kayak udah punya chemistry,” kata Rahmat.
Ia memprediksi, longsor yang terjadi kali ini bukan murni terjadi dari tebing. Melainkan longsoran yang kemudian kembali longsor. Sebab kalau longsor murni dari tebing, material yang runtuh ke bawah biasanya turun sedikit demi sedikit, sehingga bisa menjadi pertanda akan adanya longsor.
“Ini kan tanah longsoran yang longsor lagi, jadi enggak ada tanda-tanda apa-apa,” terangnya.
Saat melakukan penggalian timbunan material di hari kelima kemarin, Rahmat mengaku mencium bau menyengat dari samping batu besar di sektor timur galian C. Ia memprediksi masih ada sejumlah jenazah korban yang tertimbun di samping batu besar tersebut.
Rahmat juga memprediksi masih ada kendaraan dan jenazah korban yang masih tertimbun tidak jauh dari batu besar tersebut. Bahkan, jumlahnya diperkirakan masih tujuh sampai delapan korban, di luar data yang tercatat di posko tim SAR.
“Saat itu saya di lokasi, lagi mau keluar dari TKP, dan sudah beberapa meter. Jadi titik titiknya agak sedikit tahu. Kemungkinan besar titik yang paling banyak korban di batu yang paling besar,” jelasnya.
Saat ini, data sesuai laporan masyarakat yang kehilangan anggota keluarganya sebanyak empat korban.
“Saat ini korban yang terdata dan belum ditemukan itu kan ada empat, cuma itu kan yang kita kenal, tapi untuk kuli-kuli yang lokal, kan belum tahu,” tutur Rahmat.
Ia meyakini jumlah korban yang masih tertimbun di dekat batu besar masih banyak, karena lokasi tersebut tempat dirinya menghancurkan batu-batu besar dengan menggunakan excavator. Pecahan batu-batu tersebut kemudian dikumpulkan dan diangkut oleh para kuli ke truk.
“Di posisi batu itu breaker-an saya, jadi batu-batu pecahan ada di situ semua, lalu sama kuli dikumpulin dan diangkut ke mobil,” paparnya.
Selama membantu proses pencarian korban, Rahmat melihat kondisi tubuh korban yang ditemukan rerata masih utuh, meskipun ada juga yang sudah membengkak bahkan sudah tak berbentuk.
“Kalau (jasad, red) teman-teman saya yang operator sih alhamdulillah masih utuh semua, tapi kalau kuli-kuli lokal agak sedikit rusak,” terangnya.
Selamat Akibat Excavator Trouble
Alat berat yang dioperasikan Rahmat adalah excavator berwarna oranye. Ia bekerja sebagai operator alat berat bersama empat temannya yang diketahui turut menjadi korban tertimbun longsoran.
Sebelum peristiwa tragis itu terjadi, alat berat yang dioperasikan Rahmat mengalami kerusakan. Tapi siapa sangka, trouble yang dialami “Si Oranye” itu justru menyelamatkan dirinya dari petaka maut tersebut.
“Kebetulan saya saksi dengan alat berat saya warna oranye, yang paling selamat di antara empat alat berat yang tertimbun,” ungkap Rahmat.
Saat mengalami trouble itu, ia pun membawa alat berat tersebut turun dan menjauh dari TKP. Rahmat mengaku mengetahui dahsyatnya material yang mendadak runtuh, hingga “mengubur hidup-hidup” lebih dari 20 orang itu, setelah mendapat pemberitahuan lewat alat komunikasi HT yang ia bawa.
“Begitu ada monitor dari bawah saya langsung nengok ke belakang, ternyata kejadiannya (sangat cepat, red) beberapa detik langsung (longsor, red),” kenangnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.