Pasalnya, kata Imron, dengan adanya cara printing tersebut, harga batik yang digunakan sebagai seragam pegawai Pemkab Cirebon itu menjadi lebih terjangkau oleh pegawai pemerintahan di tingkat bawah. Pasalnya, para pejabat di tingkat desa dan lainnya tidak memiliki anggaran untuk pengadaan seragam batik Mande Praja.
Sementara batik Mande Praja dengan cara tulis yang dibuat oleh para perajin batik, adalah untuk pejabat-pejabat tertentu di lingkup Pemkab Cirebon saja.
“Kalau batik tulis kan mahal dan anggarannya pun hanya untuk orang-orang (pejabat, red) tertentu. Nah kalau pegawai di tingkat bawah yang tidak ada anggaran tapi disuruh pakai seragam batik, dari mana uangnya. Seperti perangkat desa itu darimana anggaran untuk batik tulisnya. Ya sudah jalan saja (pakai batik printing, red),” kata Imron di ruang kerjanya, Kamis (28/10/2021).
Ia menyebut, pengusaha yang telah membuat batik Mande Praja dengan cara printing tersebut sebagai suatu kreatifitas. Karena secara kasat mata umum, antara batik tulis dan batik printing itu sama saja. Kecuali orang-orang tertentu yang sudah tahu batik tulis saja yang bisa membedakan batik tulis dan batik printing.
“Ya bentuknya kan sama, tapi (batik printing, red) harganya beda, lebih murah,” ujar Imron.
Diberitakan sebelumnya, munculnya dugaan adanya batik Mande Praja Caruban yang dikerjakan dengan cara printing membuat pegiat budaya Cirebon sekaligus ketua panitia lomba desain batik Mande Praja, R Chaidir Susilaningrat angkat bicara.
Menurut Chaidir, jika memang ada pengusaha yang membuat batik seragam pegawai Pemda bermotif Mande Praja Caruban itu dengan memakai printing, ia meminta pihak terkait segera mencari pengusaha dimaksud. Pasalnya, pengerjaan batik dengan cara printing sudah keluar dari tujuan awal menciptakan motif Mande Praja Caruban itu sendiri.